Pernahkah kamu merasakan nyeri di gusi yang ternyata disebabkan oleh sariawan? Meski tampak sepele, sariawan di gusi bisa sangat mengganggu, terutama saat makan, minum, atau berbicara.
Banyak orang menganggap sariawan hanyalah luka biasa yang akan sembuh dengan sendirinya, padahal ada berbagai faktor yang bisa memicunya, dan sering kali kita tidak menyadarinya.
Dari kebiasaan sehari-hari hingga kondisi kesehatan tertentu, sariawan di gusi bisa menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang perlu diperhatikan.
Yuk, cari tahu tujuh penyebab sariawan di gusi yang sering diabaikan agar kamu bisa mencegahnya sejak dini!
Table of Contents
Apa Penyebab Sariawan di Gusi?
Sariawan bisa muncul di berbagai area dalam mulut, termasuk di gusi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti luka akibat gesekan, iritasi, atau bahkan infeksi.
Jika tidak ditangani dengan baik, sariawan di gusi bisa semakin parah atau berulang.
Biasanya, sariawan di gusi berbentuk bulat atau oval dengan bagian tengah berwarna putih, abu-abu, atau kuning, serta tepi yang memerah.
Rasa perih yang ditimbulkan sering kali membuat aktivitas seperti makan, minum, atau berbicara menjadi tidak nyaman.
Untuk memahami lebih lanjut tentang penyebabnya, simak penjelasan berikut ini.
Baca juga: Ketahui Penyebab Lidah Berjamur dan 4 Cara Efektif Mengobatinya
Iritasi
Iritasi merupakan salah satu penyebab sariawan di gusi yang paling utama. Iritasi ini dapat terjadi akibat konsumsi makanan tertentu yang dapat memicu peradangan atau reaksi sensitif di dalam mulut.
Beberapa jenis makanan yang sering dikaitkan dengan sariawan adalah kacang-kacangan, cokelat, dan telur.
Selain itu, makanan dengan rasa yang kuat seperti pedas, asin, atau asam juga bisa memicu luka pada gusi, terutama jika jaringan mulut sudah dalam kondisi sensitif atau mengalami gesekan berulang saat mengunyah.
Selain faktor makanan, penggunaan produk pembersih mulut juga dapat meningkatkan risiko sariawan, terutama bagi orang yang memiliki sensitivitas terhadap bahan tertentu.
Pasta gigi dan obat kumur yang mengandung sodium lauryl sulfate (SLS) diketahui dapat menyebabkan iritasi pada jaringan mulut.
SLS adalah bahan yang digunakan untuk menghasilkan busa dalam produk pembersih, tetapi pada sebagian orang, zat ini dapat menghilangkan lapisan pelindung alami di dalam mulut, sehingga membuat gusi lebih rentan terhadap luka dan sariawan.
Cedera
Luka atau cedera pada rongga mulut juga dapat menjadi penyebab sariawan di gusi. Cedera ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti kebiasaan menyikat gigi terlalu keras atau terburu-buru, benturan saat berolahraga atau kecelakaan, serta penggunaan kawat gigi atau gigi palsu yang kurang pas.
Saat gusi terluka, jaringan di dalamnya menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan peradangan, yang kemudian dapat berkembang menjadi sariawan.
Misalnya, menyikat gigi dengan tekanan berlebih dapat melukai gusi dan menyebabkan iritasi, sementara kawat gigi atau gigi palsu yang tidak sesuai bisa bergesekan dengan bagian dalam mulut dan memicu luka.
Perubahan Hormon
Perubahan hormon pada wanita dapat memengaruhi kesehatan mulut, termasuk meningkatkan risiko sariawan di gusi, gusi bengkak, dan bahkan perdarahan gusi.
Kondisi ini sering terjadi selama menstruasi, kehamilan, dan menopause karena fluktuasi hormon, terutama hormon progesteron, yang berperan dalam mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk respons peradangan dan aliran darah ke gusi.
Saat kadar progesteron meningkat, aliran darah ke jaringan gusi juga meningkat, membuat gusi lebih sensitif, mudah bengkak, dan rentan terhadap iritasi.
Akibatnya, wanita pada masa-masa ini lebih mudah mengalami luka di gusi, yang dapat berkembang menjadi sariawan. Selain itu, perubahan hormon juga dapat mengganggu keseimbangan bakteri di dalam mulut, meningkatkan risiko infeksi dan peradangan gusi.
Infeksi
Sariawan di gusi juga dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur yang berkembang di dalam mulut. Jika kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga dengan baik, risiko infeksi ini semakin meningkat, yang kemudian dapat memicu luka sariawan serta peradangan pada gusi.
Gingivostomatitis adalah peradangan pada gusi dan mulut yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Salah satu virus yang sering menyebabkan kondisi ini adalah Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1), yang juga dikenal sebagai penyebab luka dingin (cold sores).
Selain itu, infeksi bakteri, seperti Streptococcus dan Porphyromonas gingivalis juga dapat memicu peradangan pada gusi, menyebabkan infeksi yang dapat berkembang menjadi luka sariawan.
Selain virus dan bakteri, pertumbuhan berlebih jamur Candida albicans di dalam mulut juga bisa menjadi penyebab sariawan di gusi. Infeksi jamur ini sering disebut sebagai kandidiasis oral, yang ditandai dengan munculnya bercak putih kekuningan pada lidah, bagian dalam pipi, dan gusi.
Diabetes
Pada penderita diabetes yang kadar gula darahnya tidak terkontrol, air liur cenderung mengandung lebih banyak gula.
Kondisi ini menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur Candida albicans. Jamur ini memang secara alami ada di dalam mulut, tetapi ketika pertumbuhannya tidak terkendali, dapat menyebabkan infeksi jamur yang disebut kandidiasis oral.
Kandidiasis oral biasanya ditandai dengan munculnya bercak putih atau kekuningan pada lidah, gusi, dan bagian dalam pipi.
Jika berkembang lebih lanjut, infeksi ini dapat menyebabkan luka sariawan yang terasa perih dan tidak nyaman, terutama saat makan atau berbicara.
Kekurangan Vitamin
Kekurangan nutrisi dapat meningkatkan risiko sariawan di gusi dan bagian mulut lainnya. Tubuh memerlukan berbagai vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan rongga mulut serta mempercepat penyembuhan jika terjadi luka atau infeksi.
Salah satu nutrisi penting adalah vitamin B3 (niacin), yang berperan dalam menjaga kesehatan selaput lendir mulut. Kekurangan vitamin B3 dapat menyebabkan stomatitis, yaitu peradangan di dalam mulut yang ditandai dengan luka sariawan, bibir pecah-pecah, dan lidah bengkak.
Tak hanya vitamin B3 dan B12, vitamin C juga diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka dan menjaga kesehatan jaringan gusi.
Penyakit Tertentu
Sariawan yang tak kunjung sembuh atau sering kambuh bisa menjadi tanda adanya kondisi medis yang lebih serius. Salah satu penyebabnya adalah penyakit autoimun, seperti lupus, yang dapat menyebabkan peradangan pada berbagai bagian tubuh, termasuk rongga mulut.
Selain penyakit autoimun, gangguan pencernaan seperti radang usus dan penyakit celiac juga bisa menjadi penyebab sariawan yang persisten.
Di sisi lain, sariawan yang tak kunjung sembuh juga bisa menjadi tanda kanker mulut. Kanker mulut dapat muncul dalam bentuk luka atau sariawan yang tidak sembuh setelah beberapa minggu, sering berdarah, atau bahkan disertai dengan benjolan yang tidak normal di dalam mulut.
Gejala Sariawan di Gusi
Sariawan di gusi dapat menimbulkan berbagai gejala yang membuat penderitanya merasa tidak nyaman, terutama saat makan, minum, atau berbicara.
Gejala ini bisa bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. Ini adalah beberapa gejala umum yang sering muncul:
- Sariawan di gusi biasanya muncul dalam bentuk luka kecil berbentuk oval atau bulat dengan warna putih, abu-abu, atau kekuningan di bagian tengah, serta dikelilingi oleh tepi kemerahan. Luka ini bisa muncul sendiri atau dalam jumlah lebih dari satu.
- Salah satu gejala utama sariawan di gusi adalah rasa nyeri atau perih, terutama saat makan makanan pedas, asam, atau asin. Rasa nyeri ini juga bisa semakin terasa saat berbicara atau menggosok gigi.
- Gusi di sekitar luka sariawan sering kali mengalami peradangan dan pembengkakan. Pada beberapa kasus, pembengkakan ini bisa membuat gusi terasa lebih sensitif dan mudah berdarah, terutama saat menyikat gigi.
- Rasa sakit akibat sariawan di gusi sering kali membuat penderitanya kesulitan mengunyah atau menelan makanan tertentu, terutama yang bersuhu panas atau memiliki rasa kuat.
- Beberapa orang mengalami sensasi terbakar atau kesemutan di area yang terkena sariawan sebelum luka muncul. Ini bisa menjadi tanda awal bahwa sariawan akan berkembang.
- Infeksi atau peradangan akibat sariawan yang parah bisa menyebabkan bau mulut tidak sedap. Hal ini terjadi karena adanya bakteri yang berkembang di sekitar luka sariawan.
- Jika sariawan disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang serius, penderitanya mungkin mengalami demam ringan hingga sedang. Kelenjar getah bening di leher juga bisa membengkak sebagai respons tubuh terhadap infeksi.
Baca juga: 9 Obat Sakit Gigi Berlubang Nyut-nyutan yang Mudah Ditemukan
Cara Mengobati Sariawan di Gusi
Mengobati sariawan di gusi membutuhkan perhatian khusus agar rasa nyeri dan peradangan dapat dikurangi, serta agar proses penyembuhan berjalan dengan lancar.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan, baik secara alami maupun dengan pengobatan medis, tergantung pada tingkat keparahan dan penyebab sariawan. Ini adalah beberapa cara yang dapat membantu mengatasi sariawan di gusi:
- Obat kumur antiseptik yang mengandung bahan seperti chlorhexidine bisa membantu mengurangi peradangan dan melawan infeksi pada sariawan. Menggunakan obat kumur ini secara rutin dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka di gusi.
- Untuk meredakan rasa sakit, kamu bisa menggunakan salep topikal yang mengandung bahan, seperti hidrokortison atau lidokain. Salep ini dapat dioleskan langsung pada sariawan untuk memberikan efek mati rasa dan mengurangi peradangan.
- Kumur dengan larutan air garam hangat adalah cara alami yang dapat membantu membersihkan area sekitar sariawan dan mengurangi bakteri penyebab infeksi. Cukup campurkan satu sendok teh garam dalam segelas air hangat dan kumur selama 30 detik beberapa kali sehari.
- Jika rasa sakit sangat mengganggu, obat pereda nyeri bebas, seperti ibuprofen atau paracetamol bisa digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan peradangan. Pastikan untuk mengikuti dosis yang dianjurkan dan berkonsultasi dengan dokter jika perlu.
- Hindari makanan yang pedas, asam, asin, atau keras yang dapat memicu iritasi pada sariawan di gusi. Sebaiknya konsumsi makanan yang lebih lembut, tidak mengandung banyak rempah, serta tidak terlalu panas atau dingin untuk mengurangi rasa sakit.
- Kekurangan vitamin atau mineral, seperti vitamin B, C, dan zinc dapat memperburuk kondisi sariawan. Pastikan untuk mengonsumsi makanan kaya akan nutrisi yang dapat membantu proses penyembuhan, seperti sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, dan makanan yang mengandung vitamin dan mineral penting.
- Pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik, karena air membantu menjaga kelembapan mulut dan mempercepat penyembuhan. Dehidrasi dapat memperburuk rasa sakit dan memperlambat proses pemulihan.
- Stres bisa menjadi faktor pemicu atau memperburuk sariawan. Mencoba teknik relaksasi, seperti meditasi, pernapasan dalam, atau olahraga ringan dapat membantu mengurangi stres dan mempercepat pemulihan.
Jika sariawan tidak kunjung sembuh dalam waktu dua minggu atau terasa semakin parah, segera konsultasikan dengan dokter atau dokter gigi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Dokter mungkin akan memberikan resep obat atau merujukmu untuk pemeriksaan lebih mendalam guna mengetahui penyebab yang lebih serius.
Jika kamu ingin meningkatkan visibilitas bisnis melalui konten berkualitas, Optimaise siap membantu dengan jasa press release, jasa penulisan artikel SEO friendly, dan jasa SEO yang dirancang untuk meningkatkan peringkat dan kredibilitas websitemu. Saatnya maksimalkan strategi digitalmu dengan Optimaise!