Baru-baru ini SEO tengah digemparkan dengan istilah Google Leaked yang terjadi setelah kebocoran besar yang melibatkan algoritma pencarian Google.
Ribuan halaman dokumen internal telah bocor, memberikan wawasan tentang aspek-aspek yang sebelumnya tidak diungkapkan dari cara kerja sistem tersebut.
Dokumen-dokumen ini mengungkapkan jenis data yang dikumpulkan Google dan bagaimana mereka memprioritaskan situs web tertentu, terutama pada topik sensitif.
Namun, di balik banyaknya data yang terungkap, muncul juga sejumlah mitos atau kesalahpahaman yang memperkeruh pemahaman publik tentang algoritma tersebut.
Berikut ini terdapat beberapa kesalahpahaman utama yang timbul dari kebocoran ini dan apa yang sebenarnya terjadi di balik layar berdasarkan pandangan Patrick Stox dari Ahrefs.
Table of Contents
Awal Mula Google Leaked
Pada 13 Maret 2024, sebuah bot bernama yoshi-code-bot membocorkan dokumen yang terkait dengan Gudang API Konten di Github. Meskipun mungkin dokumen ini telah muncul sebelumnya di beberapa repositori lain, ini adalah pertama kalinya ditemukan.
Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa Google mengumpulkan berbagai data dari situs web dan pengguna, lebih banyak daripada yang diakui secara publik.
Misalnya, meskipun Google telah menyatakan bahwa mereka tidak menggunakan data dari browser Chrome untuk tujuan peringkat, tapi dokumen yang bocor menunjukkan sebaliknya.
Baca juga: Optimalkan Strategi SEO Melalui 3 Fungsi dari Google Keyword Planner Ini
Penemuan ini dilakukan oleh Erfan Azimi yang kemudian membagikannya dengan Rand Fishkin. Rand Fishkin kemudian membagikannya lagi dengan Mike King. Dokumen-dokumen tersebut akhirnya dihapus pada 7 Mei.
Kesalahpahaman yang Ditimbulkan Google Leaked
Kebocoran ini memiliki implikasi signifikan bagi industri SEO, karena menyediakan informasi yang lebih rinci tentang cara kerja algoritma Google, meskipun penting untuk dicatat bahwa Google telah memperingatkan agar tidak membuat asumsi berdasarkan dokumen-dokumen ini saja.
Seorang ahli SEO sering kali membuat asumsi yang mendukung pandangan dan bias mereka sendiri. Ini tentu berlaku juga untuk siapa pun yang berkarir di bidang ini.
Bagaimana pun SEO dapat, dan memang menafsirkan berbagai hal secara berbeda. Dari Google Leaked ini, kemungkinan besar kita akan melihat banyak mitos dan kesalahpahaman baru yang akan kita hadapi selama beberapa dekade mendatang atau lebih lama lagi.
Baca juga: Apakah Parasite SEO itu Berbahaya? Ketahui 5 Hal Ini
Berikut ini kita akan melihat beberapa kesalahpahaman yang ditimbulkan oleh Google Leaked berdasarkan pedoman yang selama ini Google tunjukkan.
Otoritas Situs Web
Meskipun kita ingin mengatakan bahwa Google memiliki skor Web Authority yang mereka gunakan untuk menentukan peringkat seperti Domain Rating (DR), bagian tersebut sebenarnya membahas tentang metrik kualitas terkompresi dan berbicara mengenai kualitas.
Beberapa orang percaya bahwa DR lebih merupakan efek samping dari memiliki banyak halaman dengan PageRank yang kuat, bukan sesuatu yang secara eksplisit digunakan oleh Google. Banyak halaman dengan PageRank tinggi yang saling terhubung secara internal cenderung menciptakan halaman yang lebih kuat.
Ini akhirnya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti ini:
- Apakah saya yakin bahwa PageRank bisa menjadi bagian dari apa yang disebut Google sebagai kualitas? Ya, saya percaya demikian.
- Apakah saya pikir hanya itu saja yang menentukannya? Tidak.
- Mungkinkah web authority mirip dengan DR? Mungkin saja. Ini cocok sebagai gambaran yang lebih besar.
- Bisakah saya membuktikannya atau menggunakannya dalam peringkat? Tidak, saya tidak bisa.
Dengan kata lain, meskipun konsep seperti web authority mungkin mirip dengan DR dan relevan dalam gambaran yang lebih besar, tapi tidak ada yang dapat membuktikan atau memastikan bahwa Google menggunakannya secara langsung dalam algoritma peringkat mereka.
Berdasarkan beberapa kesaksian Google kepada The United States Department of Justice (DOJ), ia mengetahui bahwa kualitas sering diukur dengan skor Information Satisfaction (IS) dari para penilai.
Meskipun skor IS ini tidak langsung digunakan dalam peringkat, tapi ia digunakan sebagai feedback, pengujian, dan fine-tuning models Google.
Para penilai kualitas Google menggunakan konsep EEAT (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness) untuk menilai halaman, namun Google sendiri tidak menggunakan konsep ini secara langsung. Sebaliknya, mereka menggunakan sinyal yang selaras dengan EEAT.
Beberapa sinyal EEAT yang disebutkan Google meliputi:
- PageRank: mengukur seberapa baik sebuah halaman memenuhi kebutuhan informasi pengguna.
- Mentions di situs resmi: ini termasuk referensi atau tautan dari situs resmi yang terpercaya.
- Site queries: mencakup search query yang secara khusus mencari informasi dari situs tertentu.
Dengan kata lain, Google tidak menggunakan EEAT secara langsung dalam algoritma mereka, tetapi mereka menggunakan berbagai sinyal yang mencerminkan prinsip-prinsip EEAT untuk menilai dan meningkatkan kualitas hasil pencarian mereka.
Sandbox
Dokumen tersebut menyebutkan bidang yang disebut hostAge yang mengacu pada sandbox. Namun, secara khusus disebutkan bahwa itu digunakan “to sandbox fresh spam in serving time” atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, “untuk memasukkan spam baru ke dalam sandbox dalam serving time.”
Ini lebih seperti tindakan perlindungan dari spam daripada mengonfirmasi keberadaan sandbox sebagaimana cara SEO melihatnya, di mana situs web baru mungkin tidak diberi peringkat.
Jadi, hostAge ini lebih terkait dengan melindungi dari spam daripada konsep sandbox yang melibatkan penghukuman terhadap situs web baru.
Klik
Secara umum, Google menggunakan data klik untuk berbagai tujuan, seperti personalisasi hasil, pengujian, dan masukan. Namun, tidak ada bukti yang menegaskan bahwa data klik langsung digunakan dalam pemeringkatan situs.
NavBoost adalah salah satu model yang dilatih dengan data klik untuk memprediksi halaman dan fitur mana yang akan diklik. Ini membantu mengurangi jumlah hasil yang dipelajari dari uji coba DOJ. Namun, ini tidak berarti bahwa menghasilkan lebih banyak klik pada hasil individu akan meningkatkan peringkat situs webmu.
Pengujian yang dilakukan Rand Fishkin menunjukkan bahwa Google menggunakan data klik untuk peristiwa yang sedang tren dan data tersebut dapat meningkatkan hasil yang di-klik.
Namun, setelah percobaan tersebut, hasilnya kembali normal. Ini menunjukkan bahwa penggunaan data klik untuk peringkat tidak sejalan dengan praktik normal.
Penulis
Google menggunakan informasi penulis untuk mencocokkan mereka dengan entitas dalam grafik pengetahuan dan untuk berita Google. Namun, tidak ada konfirmasi bahwa informasi penulis digunakan dalam pemeringkatan seperti yang diperkirakan oleh beberapa SEO.
Meskipun ada informasi tentang penulis dalam dokumen-dokumen terkait, tapi tidak ada yang menegaskan penggunaannya dalam pemeringkatan situs web.
Baca juga: Ketahui Perbedaan antara SEO dan SEM Melalui 2 Hal Ini
Tanggapan Google Atas Kebocoran Ini
Ada beberapa perdebatan tentang keaslian dokumen-dokumen tersebut, namun mereka mencakup banyak sistem internal dan mengarah ke dokumentasi internal Google yang terlihat nyata.
Seorang juru bicara Google telah memberikan tanggapan melalui Search Engine Land atas Google Leaked ini. Ia menekankan pentingnya untuk tidak membuat asumsi yang tidak akurat tentang cara kerja mesin penelusuran. Ini karena informasi yang tersebar dapat di luar konteks, ketinggalan zaman, atau tidak lengkap.
Mereka juga telah berbagi banyak informasi tentang cara kerja Google Search dan faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh sistem mereka, serta berupaya melindungi integritas hasil penelusuran dari manipulasi.
Bagaimana Menyikapi Google Leaked?
Menyikapi informasi yang bocor dari Google, penting untuk tetap tenang dan bersikap kritis. Pertama, pastikan informasi yang bocor benar-benar valid dan memiliki dampak signifikan pada strategi SEO.
Selanjutnya, evaluasi apakah informasi tersebut dapat memberikan wawasan baru atau mengubah pendekatanmu terhadap optimasi situs web.
Jika informasi tersebut dapat diverifikasi dan bermanfaat, pertimbangkan untuk mengimplementasikannya dalam strategi SEO. Namun, tetap waspada terhadap kemungkinan perubahan dan evolusi algoritma Google di masa mendatang.
Selain itu, jangan lupa bahwa SEO yang sukses didasarkan pada prinsip-prinsip yang konsisten, seperti konten berkualitas, pengalaman pengguna yang baik, dan praktik optimasi yang etis.
Jadi, tetap fokus pada memperbaiki kualitas situs webmu secara keseluruhan daripada hanya mengandalkan informasi yang bocor dari Google.
Optimaise sebagai penyedia jasa SEO, siap membantumu dalam mengoptimalkan situs webmu dengan pendekatan yang terpercaya. Kami memiliki tim yang berpengalaman dan berkomitmen untuk membantu meningkatkan visibilitas dan kinerja situs webmu. Hubungi kami untuk mendapatkan solusi SEO yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan bisnismu!